BKC adalah singkatan dari Bandung Karate Club dan Bina Ksatria Citapada pengertian yang sebenarnya, didirikan di Bandung pada tanggal 16 Juni 1966 oleh Iwa Rahadian Arsanata. Sejak tahun 1962, telah dirintis pendiriannya dengan nama Bandung Karate School for Self Defence.
Gedung Mardisantosa yang terletak di Jalan Sunda No. 2 Bandung adalah
tempat pertama BKC didirikan. Tercatat sebagai anggota pertama terdiri
dari siswa-siswa Sekolah Guru Pendidikan Jasmani, SMAN Jalan Belitung,
STMN I jalan Rajiman serta beberapa orang mahasiswa UNPAD dan ITB.
Sejak tahun 1967 hingga tahun 1972 tempat latihan pindah ke pendopo
sekolah Tinggi Olah raga Jalan Van Deventer Bandung.
Maksud dan Tujuan
BKC
didirikan dengan maksud menghimpun pemuda, pelajar serta berbagai
kalangan dalam pembinaan olah raga beladiri berdasarkan kekeluargaan
hormat-menghormati serta saling mencintai antara satu dan sesamanya.
Secara umum BKC bertujuan untuk membina setiap anggota menjadi Insan
Beladiri yang Mandiri yang memahami makna hidup dan kehidupan. Sehingga
pada akhirnya, ilmu yang diperolehnya dapat bermanfaat bagi
kehidupannya di masyarakat. Setiap anggota BKC dituntut untuk mampu
melaksanakan Tri Ratna Keanggotaan berdasarkan kiprahnya.
Dasar Pendidikan Beladiri di BKC
Sumber ajaran beladiri yang diajarkan di BKC sepenuhnya bersumberkan kepada Tuntunan Ajaran Jalaksana yang merupakan Ilmu Teturunan dari Pendiri Perguruan.
Kemudian sumber ajaran ini disesuaikan dengan berbagai ajaran ilmu
beladiri yang ada, Baik yang datang dari luar maupun dengan yang telah
ada di Indonesia. Dalam hal ini BKC berprinsip, mana yang baik diambil
dan mana yang buruk dibuang walaupun itu budaya bangsa terlebih yang
datang dari luar.
Para Pimpinan BKC dari Tahun ke Tahun
Tercatat
sebagai Ketua Umum BKC angkatan pertama Mardisantosa, yaitu Budiarjo,
S.H. kemudian dari tahun 1968-1970 BKC dipimpin oleh Kolonel (Pur) H.
Anwar Tamim. Dari tahun 1971-1972 Kolonel (Pur.) R. Oetje Djunjunan
alm. Wali Kotamadya Bandung waktu itu berkenan menjadi Ketua Umum BKC,
Selanjutnya dari tahun 1973-1980 kembali BKC dipimpin oleh H. Anwar
Tamim. Dan dari tahun 1981-1982 dipimpin oleh Kolonel (Pur.) Saleh M.
Yoenoes. Dari tahun 1983 hingga sekarang ini Ir.H. Awal Kusumah M.S
(Putra dari H. Anwar Tamim) terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar
BKC.
Kegiatan-Kegiatan
Sejak awal
berdirinya, BKC telah berhasil menyusun program kegiatan yang terpadu
sebagaimana layaknya perguruan yang sudah besar antara lain Ujian
Kenaikan Tingkat, Penataran Kepelatihan, Latihan Lapangan di gunung,
sungai dan pantai. Kejuaraan Intern serta pada tahun 1967, Pendiri
Perguruan dilantik di Sukabumi oleh Ditjora (KONI sekarang) Jawa Barat
sebagai Wakil Umum PORKI Jawa Barat (ibu Yusuf dari INKAI sebagai Ketua
Umum). Kejurnas PORKI pertama diikuti, yaitu di Jakarta pada tahun 1971
kemudian di penghujung 1972 dalam Musyawarah Lembaga Aliran Karate di
Jakarta yang dipimpin oleh Jendral Surono dan Widjojo Suyono, BKC
dikukuhkan sebagai anggota FORKI. Dalam masalah kegiatan bentuk apapun
yang dilaksanakan, BKC senantiasa berpedoman pada Dua Sesanti
Perguruan: PRIBADI BUDI CIRI MANDIRI dan MANDIRI KHARSA PUJA WALAGRI.
Karate
masuk di Indonesia bukan dibawa oleh tentara Jepang melainkan oleh Mahasiswa-mahasiswa
Indonesia yang kembakli ke tanah air, setelah menyelesaikan pendidikannya di
Jepang. Tahun 1963 beberapa Mahasiswa Indonesia antara lain: Baud AD Adikusumo,
Karianto Djojonegoro, Mochtar Ruskan dan Ottoman Noh mendirikan Dojo di Jakarta.
Mereka inilah yang mula-mula memperkenalkan karate (aliran Shoto-kan) di
Indonesia, dan selanjutnya mereka membentuk wadah yang mereka namakan Persatuan
Olahraga Karate Indonesia (PORKI) yang diresmikan tanggal 10 Maret 1964 di
Jakarta.
Beberapa
tahun kemudian berdatangan ex Mahasiswa Indonesia dari Jepang seperti Setyo
Haryono (pendiri Gojukai), Anton Lesiangi, Sabeth Muchsin dan Chairul Taman
yang turut mengembangkan karate di tanah air. Disamping ex Mahasiswa-mahasiswa
tersebut di atas orang-orang Jepang yang datang ke Indonesia dalam rangka usaha
telah pula ikut memberikan warna bagi perkembangan karate di Indonesia.
Mereka-mereka ini antara lain: Matsusaki (Kushinryu-1966), Ishi (Gojuryu-1969),
Hayashi (Shitoryu-1971) dan Oyama (Kyokushinkai-1967).
Karate
ternyata memperoleh banyak penggemar, yang implementasinya terlihat muncul dari
berbagai macam organisasi (Pengurus) karate, dengan berbagai aliran seperti
yang dianut oleh masing-masing pendiri perguruan. Banyaknya perguruan karate
dengan berbagai aliran menyebabkan terjadinya ketidak cocokan diantara para
tokoh tersebut, sehingga menimbulkan perpecahan di dalam tubuh PORKI. Namun
akhirnya dengan adanya kesepakatan dari para tokoh-tokoh karate untuk kembali
bersatu dalam upaya mengembangkan karate di tanah air sehingga pada tahun 1972
hasil Kongres ke IV PORKI, terbentuklah satu wadah organisasi karate yang
diberi nama Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI).
Sejak
FORKI berdiri sampai dengan saat ini kepengurusan di tingkat Pusat yang dikenal
dengan nama Pengurus Besar/PB. telah dipimpin oleh 6 orang Ketua Umum dan
periodisasi kepengurusannyapun mengalama 3 kali perobahan masa periodisasi
yaitu ; periode 5 tahun (ditetapkan pada Kongres tahun 1972 untuk kepengurusan
periode tahun 1972 – 1977) periodisasi 3 tahun (ditetapkan pada kongres tahun
1997 untuk kepengurusan periode tahun 1997 – 1980) dan periodisasi 4 tahun (
Berlaku sejak kongres tahun 1980 sampai sekarang).
Adapun
mereka-mereka yang pernah menjadi Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal (Umum)
FORKI sejak tahun 1972 adalah sbb :
Periode/Masa
Bakti
Ketua
Umum
Sekretaris
Jenderal/Umum
Keterangan
1972
– 1977
Widjojo Suyono
Otoman Nuh
Kongres IV PORKI/FORKI 1972 di
Jakarta
1977
– 1980
S u m a d i
Rustam Ibrahim
Kongres V FORKI 1977 di Jakarta
1980
– 1984
Subhan Djajaatmadja
G.A. Pesik
Kongres VI FORKI 1980 di Jakarta
1984
– 1988
R u d i n i
Adam Saleh
Kongres VII FORKI 1984 di Bandar
Lampung
1988
– 1992
R u d i n i
G.A. Pesik
Kongres VIII FORKI 1988 di Jakarta
1992
– 1996
R u d i n i
G.A. Pesik
Kongres IX 1992 di Jakarta
(Diperpanjang sd 1997)
1997
– 2001
W i r a n t o
Drs. Hendardji -S,SH.
Kongres X FORKI 1997 di Caringin
Bogor Jawa Barat
2001
– 2005
Luhut B. Pandjaitan, MPA.
Drs. Hendardji -S,SH.
Konres XI FORKI 2001 di Jakarta
2005
– 2009
Luhut B. Pandjaitan, MPA.
Drs. Hendardji -S,SH.
Kongres XII FORKI 2005 di Jakarta
PERGURUAN KARATE
ANGGOTA FORKI
1. AMURA 2. BKC (Bandung Karate Club)
3. BLACK PANTHER KARATE INDONESIA
4. FUNAKOSHI
5. GABDIKA SHITORYU INDONESIA (Gabungan Beladiri Karate-Do Shitoryu)
6. GOJUKAI (Gojuryu Karate-Do Indonesia)
7. GOJU RYU ASS (Gojuryu Association)
8. GOKASI (Gojuryu Karate-Do Shinbukan Seluruh Indonesia)
9. INKADO (Indonesia Karate-Do)
10. INKAI (Institut Karate-Do Indonesia)
11. INKANAS (Intitut Karate-Do Nasional)
12. KALA HITAM
13. KANDAGA PRANA
14. KEI SHIN KAN
15. KKNSI (Kesatuan Karate-Do Naga Sakti Indonesia)
16. KKI (Kushin Ryu M. Karate-Do Indonesia)
17. KYOKUSHINKAI (Kyokushinkai Karate-Do Indonesia)
18. LEMKARI (Lembaga Karate-Do Indonesia)
19. PERKAINDO
20. PORBIKAWA
21. PORDIBYA
22. SHINDOKA
23. SHI ROI TE
24. TAKO INDONESIA
25. WADOKAI (Wadoryu Karate-Do Indonesia)
PB. FORKI beberapa kali mendapat
kepercayaan menyelenggarakan even Internasional diantaranya :
1. Menjadi tuan rumah APUKO II tahun 1976 dilaksanakan di Jakarta.
2. Menjadi tuan rumah APUKO VII tahun 1987 dilaksanakan di Jakarta.
3. Menjadi tuan rumah APUKO Junior tahun 1991 dilaksanakan di Jakarta.
Disamping even-even tersebut PB.
FORKI dipercayakan juga oleh KONI Pusat sebagai penyelenggara pertandingan
karate pada even Sea Games dimana Indonesia menjadi tuan rumah yaitu
masing-masing :
1. Sea Games XIV tahun 1987 di
Jakarta.
2. Sea Games XIX tahun 1997 di Jakarta.
PB. FORKI pernah menggelar even
Internasional diluar agenda resmi dari WKF dan AKF sebagai inisiatif sendiri
dari PB. FORKI yaitu “ Indonesia Open Karate Tournamen “ yang dilaksanakan di
Jakarta tahun 2002.